
Setiap tanggal 12 Rabiul Awal, umat Islam hampir di seluruh dunia,
khususnya di Indonesia memperingati hari lahir Muhammad Saw. Peringatan
tak lain bertujuan untuk mengingat kembali jejak kehidupan dan
perjuangan Rasulullah Saw sejak lahir hingga Islam menyebar ke seluruh
dunia. Sikap dan tindakan Rasulullah Saw
ketika berinteraksi dan berjuang menyampaikan risalah Islam selalu
menjadi bahan renungan dan teladan umat manusia dewasa ini. Karena
keluhuran budi pekertinya, tak heran bila Rasulullah Saw menjadi sosok
yang disegani, baik oleh kawan maupun lawan.
Ceramah-ceramah para dai dalam setiap momentum Maulid Nabi Muhammad
Saw pun tak lepas dari ulasan-ulasan mengenai keluhuran budi pekerti
beliau. Keluhuran budi itu pula yang selalu ditekankan, baik kepada
kawan maupun lawan. Rujukan utama moral tiada lain adalah Rasulullah Saw
yang telah menunjukkan sikap bijak dan berwibawa dalam setiap masalah
yang dihadapi masyarakat saat itu. Meneladani akhlak Nabi adalah suatu
keniscayaan.
Rasulullah Saw adalah figur teladan abadi sepanjang zaman. Kewibawaan dan sikap-sikap pribadinya telah dicatat dalam berbagai buku sejarah kehidupan beliau (sirah nabawiyah).Karena kekaguman dan kehebatannya tersebut, Michael Hart, guru besar astronomi dan fisika perguruan tinggi di Maryland, AS dalam bukunya 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, menempatkan Nabi Muhammad Saw pada urutan pertama. Ini adalah bentuk obyektif tentang Nabi Muhammad Saw. Keluhuran budi pekerti beliau, terutama ketika berhadapan dengan Sumamah, seorang pembesar kharismatik Kabilah Hunaifiyah yang paling memusuhi Islam.
Sumamah adalah tokoh Hunaifiyah yang banyak membunuh para pemeluk agama Islam. Namun pada akhirnya, ia tertangkap dan menjadi tawanan pihak muslim. Tawanan itu pun diajukan ke hadapan Rasulullah. Segera setelah melihat Sumamah, beliau memerintahkan para sahabat di sekelilingnya agar memperlakukannya dengan baik. Sumamah sangat rakus bila makan, bahkan bisa melahap jatah makanan sepuluh orang sekaligus tanpa merasa bersalah.
Setiap kali bertemu Nabi ia selalu mengatakan, “Muhammad! Aku telah membunuh orang-orangmu. Jika kamu ingin membalas dendam, bunuh saja aku! Namun jika kamu menginginkan tebusan, aku siap membayar sebanyak yang kamu inginkan.”
Rasulullah hanya mendengarkan ucapannya dan tidak mengucapkan sepatah
kata pun. Beberapa hari kemudian Rasulullah membebaskan Sumamah pergi.
Setelah melangkah beberapa jauh, Sumamah berhenti di bawah sebuah pohon.
Ia selalu berpikir, berpikir, dan berpikir. Kemudian ia duduk di atas
pasir dan masih tetap tidak habis pikir. Setelah beberapa lama ia
bangkit, lalu mandi, dan mengambil air wudlu, kemudian kembali menuju
rumah Rasulullah. Dalam perjalanan menuju rumah Rasulullah ia menyatakan
masuk Islam.
Sumamah menghabiskan beberapa hari bersama Rasulullah dan kemudian pergi ke Mekah untuk mengunjungi Ka’bah. Sesampainya di sana, Sumamah menyatakan dengan suara lantang, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.”
Sumamah menghabiskan beberapa hari bersama Rasulullah dan kemudian pergi ke Mekah untuk mengunjungi Ka’bah. Sesampainya di sana, Sumamah menyatakan dengan suara lantang, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.”
Saat itu Mekah masih berada di bawah kekuasaan Quraisy. Orang-orang
menghampirinya dan mengepung. Pedang sudah terayun-ayun mengintai kepala
dan lehernya. Salah seorang dari kerumunan itu berkata, “Jangan bunuh
dia! Jangan bunuh dia! Dia adalah penduduk Imamah. Tanpa suplai makanan
dari Imamah kita tidak akan hidup.”
Sumamah menimpali, “Tetapi itu saja tidak cukup! Kalian telah sering
menyiksa Muhammad. Pergilah kalian menemuinya dan minta maaflah pada
beliau dan berdamailah dengannya! Kalau tidak, maka aku tidak akan
mengizinkan satu biji gandum pun dari Imamah masuk ke Mekah.”
Sumamah kembali ke kampung halamannya dan ia benar-benar menghentikan suplai gandum ke Mekah. Bahaya kelaparan mengancam peduduk Mekah. Para penduduk Mekah mengajukan permohonan kepada Rasulullah, “Wahai Muhammad! Engkau memerintahkan agar berbuat baik kepada kerabat dan tetangga. Kami adalah kerabat saudaramu, akankah engkau membiarkan kami mati kelaparan dengan cara seperti ini?”
Seketika itu pula Rasulullah menulis surat kepada Sumamah, memintanya
untuk mencabut larangan suplai gandum ke Mekah. Sumamah dengan rela
hati mematuhi perintah tersebut. Penduduk Mekah pun selamat dari bahaya
kelaparan. Seperti yang sudah-sudah, setelah mereka kembali menerima
suplai gandum, mereka mulai mempersiapkan rencana busuk untuk
menyingkirkan Rasulullah.
Mengapa Sumamah masuk Islam? Sumamah masuk Islam karena ia mendapat perlakuan baik dari Rasulullah dan para sahabat. Padahal, saat itu Rasulullah punya kuasa untuk menghabisi nyawa Sumamah, baik dengan tangannya sendiri maupun melalui para sahabat. Kalaupun Sumamah dibunuh, wajar karena ia telah membunuh banyak orang dari kaum Muslim.
Namun, mengapa Rasulullah tidak berbalas dendam kepada Sumamah atas
banyaknya korban nyawa kaum Muslim? Di sinilah letak keluhuran budi
Rasulullah. Untuk “menjinakkan hati” seseorang, Rasulullah tidak dendam
dengan melakukan tindak kekerasan yang sama—seperti yang pernah
dilakukan oleh Sumamah terhadap kaum Muslim. Rasulullah justru
menunjukkan sikap baiknya dengan memberi makan—seperti yang disukai
Sumamah. Karena telah menaruh simpati yang dalam terhadap Rasulullah, ia
masuk Islam dan ia memenuhi permintaan Rasululah Saw untuk mencabut
larangan suplai gandum bagi penduduk Mekah.
Keluhuran budi Rasulullah Saw. tak diragukan lagi, baik terhadap
kawan maupun lawan. Beliau adalah sosok ideal yang layak kita tiru,
tidak terkecuali dalam dakwah. Dengan sikap lembutnya, beliau mampu
menyuguhkan dakwah memikat. Sejarah telah membuktikan kepada kita betapa
Rasulullah Saw selalu berhasil menaklukkan lawan bicara dan akhirnya
mereka tertarik serta masuk Islam dengan penuh kesadaran. Keberhasilan
dakwah Nabi Muhammad Saw. dapat kita rasakan hingga hari ini di mana
Islam mampu menembus pelosok dunia yang semakin mengglobal.
Dunia global telah merangsang perkembangan di berbagai aspek kehidupan. Objek dan tantangan dakwah pun semakin komplek. Para penggiat dakwah dituntut untuk mengimbangi kecerdasan objek dan tantangan dakwah tersebut. Momen Maulid Nabi Muhammad Saw dapat menjadi historic research (penyelidikan sejarah) bagi kaum Muslim, sehingga dapat meneledani strategi dakwahnya.
Derasnya arus informasi menuntut kita lebih giat menyuarakan
kebenaran dan waspada atas berbagai efek negatif era global. Maraknya
gerakan radikalisme agama merupakan salah satu dampak negatif
globalisasi yang kini menjadi tantangan terberat dakwah Islam.
Hampir-hampir umat Islam digiring untuk membenci kelompok non-Islam dan
diprovokasi untuk berkonflik dengan aliran-aliran yang berbeda dengan
arus utama. Jika fenomena ini dibiarkan, maka umat akan tercabik-cabik
karena kebencian dan permusuhan.
Sikap Rasulullah Saw memperlakukan musuh harus kita jadikan rujukan
dalam dakwah era global yang semakin banyak tantangan. Demi integrasi
dan keutuhan umat Islam dan umat beragama lain, dakwah persuasif yang
mendahulukan keluhuran budi pekerti mesti kita tonjolkan. Jangan sampai
umat terkoyak-koyak dengan berbagai hasutan yang mengarah pada kebencian
dan permusuhan. Apa jadinya bangsa ini jika umat beragama hidup dalam
ketidakharmonisan.
Oleh karena itu, momentum Maulid Nabi Muhammad Saw dan keluhuran
akhlak beliau dalam berinteraksi dengan kawan dan lawannya harus menjadi
rujukan dakwah. Dengan semangat itu, kita berharap dapat menebar dakwah
Islam dengan penuh kedamaian, sehingga dapat menopang toleransi
beragama. Keluhuran akhlak Rasulullah Saw. itu kini mesti tercermin
dalam sikap para pendakwah agar Islam menjadi rahmat semesta alam.
Dikutip dari www.alkisah.web.id
Posting Komentar